Harga Batu Bara Terus Tertekan
Kamis, 11 Juli 2019
Harga Batu Bara Terus Tertekan
Harga batu bara terus mengalami tekanan hingga awal semester kedua tahun ini. Kebijakan pemerintah Tiongkok dan India menjadi salah satu faktor melemahnya harga pada Juli ini. Alhasil Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Batu bara Acuan (HBA) Juli 2019 sebesar US$ 71,92/ton. Harga tersebut lebih rendah dibandingkan pada Juni kemarin yang berada di posisi US$ 81,48/ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan harga batu bara Juli lebih rendah dibandingkan pada posisi di Juni kemarin. Adapun koreksi harga tersebut sekitar 11,7% dibandingkan harga bulan lalu. “HBA Juli ditetapkan US$71,92/ton,” kata Agung di Jakarta, Kamis (4/7).
Agung menuturkan penetapan HBA merujuk pada index pasar internasional. Ada 4 index yang dipakai Kementerian ESDM yakni Indonesia Coal Index (ICI), New Castle Global Coal (GC), New Castle Export Index (NEX), dan Platts59. Adapun bobot masing-masing index sebesar 25% dalam formula HBA. Artiannya pergerakan harga batu bara dipengaruhi oleh pasar internasional.
Dia mengungkapkan harga mengalami tekanan lantaran Tiongkok mengurangi impor seiring dengan peningkatan produksi batu bara untuk kebutuhan dalam negeri. Selain itu ketersediaan batu bara berlimpah seiring langkah Rusia menjual batu bara ke pasar Asia. “India pun membatasi impor karena ada beberapa pabrik keramik yang ditutup sementara karena masalah lingkungan,” tuturnya.
Berdasarkan catatan Investor Daily, merosotnya harga batu bara sudah dimulai sejak September 2018 kemarin. Kala itu HBA berada di posisi US$104,81/ton. Kemudian terkoreksi di bulan berikutnya jadi US$100,89/ton dan berlanjut di November sebesar US$97,90/ton. Penutupan 2018 pun harga masih melemah di level US$92,51/ton. Sementara di awal 2019 tren penurunan harga masih terjadi lantaran HBA berada di posisi US$92,41/ton. Kebijakan pemerintah Tiongkok yang membatasi kuota impor menjadi faktor utama melemahnya harga tersebut.
Sementara itu Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengingatkan pemerintah terkait rencana penambahan kuota produksi pada Juli ini. Dia menyebut peningkatan produksi batu bara Indonesia bisa berpengaruh pada pergerakan harga batu bara. “Permintaan pasar terbatas. Kalau produksi tidak dikendalikan maka harga akan tertekan,” ujarnya.
Sumber : Investor Daily